Pages

Wednesday, October 31, 2012

DAERAH OPERASI PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN MINI LONG LINE


Dalam usaha Penangkapan Ikan khususnya dengan Menggunakan alat tangkap Mini long line atau yang dikenal dengan istilah Rawai, bahwa Penentuan daerah  penangkapan ikan sangat penting, namun untuk di Negara kita khususnya di beberapa Daerah yang   ditemui selama ini  umumnya  dilakukan oleh nelayan dan sejauh ini  ternyata  masih ada yang  menggunakan cara-cara tradisional, yang diperoleh secara turun-temurun. Akibatnya, tidak mampu mengatasi perubahan kondisi oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah secara dinamis. 


Padahal di zaman Teknologi yang penuh dengan Informasi tentang Daerah penangkapan atau Fishinggraund dapat dicari atau dilihat setiap saat. karena dengan teknologie Informasi yang sudah ada sedemikian tersebut setidaknya para Nelayan atau Pelaku utama dan pelaku Usaha dalam Mencari Fishinggraund dan Daerah penangkapan bisa dilihat setiap saat dimana kita akan melakukan usaha penangkan.

Salah satu contoh Informasi tersebut dapat dilihat dan di Download di SINI KLIK (untuk hari ini tanggal 1 Nopember 2012) dan hari berikutnya dapat dilihat setiap saat di BPOL

Daerah penangkapan   sebagai Fishing ground untuk perikanan tangkap  merupakan salah satu faktor penting  yang dapat menentukan berhasil atau   tidaknya suatu operasi penangkapan.

Dalam hubungannya dengan alat tangkap Jenis Mini Long line atau Rawai,   maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan.  Dalam arti ikan berlimpah, bergerombol, daerah aman   sehingga alat tangkap mudah dioperasikan.  Hal ini  tentu saja berkaitan erat hubungannya dengan kondisi oseanografi dan meteorologi  pada suatu perairan dan faktor biologi dari ikan –ikan  itu sendiri.  Pada umumnya untuk Musim penangkapan ikan di perairan Indonesia sangat bervariasi. Pada Musim  penangkapan  di suatu perairan dimasing-masing Daerah belum tentu sama dengan perairan yang  lain. Berbeda dari musim ke musim dan sangat bervariasi sekali menurut Lokasi atau Fishing ground. Bila   hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan apabila   dihasilkan lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik.

Pengetahuan mengenai penyebaran dan bio ekologi berbagai jenis ikan sangat penting artinya bagi usaha penangkapannya. Data dan informasi tentang penyebaran dan bioekologi ikan pelagis sangat diperlukan dalam mengkaji daerah penangkapan ikan di suatu perairan  seperti perairan laut banda,  kawasan timur Indonesia, kawasan  Samudra Hindia dan lain sebagainnya.

Menurut Djatikusumo (1977), daerah penangkapan ikan merupakan suatu daerah yang perairannya terdapat populasi ikan atau udang dan alat tangkap dapat dioperasikan secara terus-menerus, usaha penangkapan dapat dilakukan secara efektif dan efisian serta secara ekonomis menguntungkan.

Letak geografis Indonesia yang diapit oleh dua benua dan dua samudera menyebabkan kepulauan Indonesia dipengaruhi leh angin muson. Angin muson bertiup sepanjang tahun dan berubah arah dua kali setiap tahun. Pengaruh angin di perairan Indonesia ini dikenal sebagai musim barat dan musim timur. Pada musim timur, angin bertiup dari arah timur, yaitu pada bulan Mei – Oktober. Pada musim barat angin bertiup dari barat, yaitu pada bulan Oktober – Maret. Kedua angin musim tersebut banyak mempengaruhi lautan Indonesia (Wasilun, 1977).

Angin, curah hujan, penyinaran matahari, temperature dan kelembapan udara secara bersama-sama akan mempengaruhi sifat dan kondisi laut (Direktorat Jenderal Peikanan). Sehubungan dangan itu arus, ombak dan gelombang  akan ikut berperan pula dalam menentukan cara pengusahaan sumberdaya perikanan laut. Oleh karena itu jenis alat tangkap, metode penangkapan, daya guna alat tangkap dan hasil penangkapan banyak tergantung pada keadaan cuaca dan kondisi laut.

Pengaruh musim, kondisi oseanografi dan catatan laju tangkap hasil tangkapan sebelumnya, bias dijadikan dasar dalam menentukan musim penangkapan pada suatu perairan.
Dalam operasionalnya  jenis alat tangkap Rawai tuna atau Mini long line hanya diizinkan pada pengoperasiannya di perairan wilayah tertentu dan perairan ZEEI Samudera Hindia, ZEEI Laut Sulawesi, ZEEI Samudera Pasifik, hal ini diperkuat oleh dasar hukum pasal 31 ayat (1) huruf a, Keputusan Meteri Kelautan Dan Perikanan Nomor KEP.60/MEN/2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal Perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Dirjen Perikanan Tangkap, 2005). Daerah penangkan rawai tuna di Indonesia terdapat pada WPP-RI 571, 572, 573,713, 714,715, 716, dan 717.

 

jadi bahwa sistim usaha perikanan tangkap yang terdapat pada Suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis.
Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.
Sebab-Sebab Utama Jenis ikan berkumpul disuatu daerah perairan. a. Ikan-Ikan tersebut memiliki perairan yang cocok untuk hidupnya. b. Mencari makanan. c. Mencari tempat yang sesuai untuk pemijahannya maupun untuk perkembangan larvanya.
Semoga bermanfaat

 
Artikel terkait:
  1. Hasil tangkapan Mini Long Line
  2. Methode Pengoperasian Mini Long Line
  3. Cara Penanganan Hasil tangkapan Mini Long Line
  4. Umpan yg digunakan dalam Operasi Mini Long line


Sumber Infomasi:
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Direktorat jendral Perikanan Tangkap
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia kelautan dan Perikanan
Pusat pengembangan SDMKP
Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL)
Pusat penyuluhan Perikanan
materi penyuluhan Perikanan


Tuesday, October 30, 2012

UMPAN YG DIGUNAKAN DALAM OPERASI MINI LONG LINE ATAU RAWAI TUNA


Mini long line atau rawai tuna dalam operasinya menggunakan Umpan dari jenis ikan. Biasanya sebelum akan melakukan operasi dilakukan penangkapan (Fishing) untuk mencari umpan di laut itu sendiri, baik dengan Gilnet maupun dengan alat tangkap lainnya sehingga Ikan yang akan ditangkap dapat dijadikan  sebagai umpan untuk melakukan kegiatan penangkapan pada Mini long line atau rawai tuna.

Ada beberapa jenis ikan yang biasa digunakan sebagai Umpan untuk Mini long line atau rawai tuna seperti Ikan Lemuru, Cumi-cumi atau sotong, Ikan kembung, ikan layang atau ikan lainnya yang sejenis, termasuk juga ikan bandeng.

 Cara pemasangan umpan pada mata pancing:
Adapun dalam pelaksanaan Penangkapan Mini long line yang merupakan alat tangkap pancing maka cara yang digunakan untuk pemasangan yaitu pada Matanya, tutup insang, ekor, dan punggungnya.

Beberapa jenis ikan yang biasa digunakan sebagai umpan dalam pengoperasian Mini long line atau rawai tuna, diantaranya adalah :

Ikan Lemuru (Sardinella longiceps);. Ikan Lemuru ini sering dipakai dan digunakan untuk dijadikan Umpan dalam penangkapannya. Ikan lemuru ini Mempunyai satu sirip punggung yang berjari-jari lemah sebanyak 16-17 buah, satu sirip dubur berjari-jari lemah 14-15 buah. . Panjang lemuru dapat mencapai 20cm, umumnya berkisar 10-15 cm.. Umpan ikan lemuru dalam 1kg ± 15 ekor
 
Ikan Cumi-cumi (Loligo spp.);. Cumi-cumi juga dapat digunakan sebagai umpan dalam penangkapan alat tangkap ini. Bentuk badan cumi-cumi memanjang runcing (Marjuki, Soselisan dan Astro, 1983). Makanan cumi cumi berupa ikan kecil dan crustacean. Binatang ini memburu mangsanya pada malam hari. Umpan yang biasa digunakan dalam 1kg terdapat ± 12 ekor cumi-cumi

Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) ; Ikan Kembung merupakan Ikan Konsumsi, namun dalam operasional Penangkapan Tuna Ikan ini digunakan sebagai Umpan, dan ikan ini mempunyai dua sirip punggung, sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 10 buah, sedangkan sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 buah dan berjari-jari lemah 11-12 buah. Umpan yang biasa digunakan adalah 1kg ± 12 ekor .

Ikan Layang (Decapterus spp);. Ikan layang ini yang sering dipakai umumnya sebagai umpan dalam operasi penangkapan Mini long line. Ikan ini Mempunyai dua sirip punggung, sirip punggung pertama berjari-jari keras 8 buah, sedangkan sirip punggung kedua berjari-jari keras 1buah dan 31-33 buah jari-jari lemah. Umpan yang biasa digunakan adalah 1kg ± 15 ekor .

Ikan Bandeng (Chanos chanos);Jika tidak ada ikan laut maka ikan bandeng dapat digunakan sebagai Umpan pada penangkapan Mini long line. Bandeng termasuk family chanidae. Mempunyai satu sirip punggung dan berjari-jari keras sebanyak 9 buah, sedangkan sirip dubur pertama mempunyai 5–6 jari-jari lemah dan 11-12 jari-jari lemah pada sirip dubur kedua. Umpan yang biasa digunakan adalahberat 1kg berjumlah 8-10 ekor.
 





Demikian semoga bermanfaat

Artikel terkait:
  1. Hasil tangkapan Mini Long Line
  2. Methode Pengoperasian Mini Long Line
  3. Cara Penanganan Hasil tangkapan Mini Long Line


sumber refernsi:
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Direktorat jendral Perikanan Tangkap
Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan
Pusat Pengembangan Penyuluhan Perikanan
Materi Penyuluhan Perikanan

Hasil Tangkapan Mini long line


Teknologi Penangkapan ikan tuna dapat dilakukan dengan berbagai cara, diberbagi Daerah mereka ada yang menggunakan Pancing tonda, Pole and line, dan Rawai. Karena Mini Long line atau Rawai tuna   adalah alat tangkap yang termasuk dalam golongan tali dan pancing yang ditujukan untuk menangkap ikan tuna yang hidup di dekat permukaan laut.  Maka alat tangkap Mini  long line terdiri dari rangkaian  tali dan pancing yaitu : tali pelampung, tali utama, tali cabang dan pancing serta pelampung  yang  gunanya untuk menjaga alat tangkap tersebut sehingga tetap berada di kolom air bagian atas.


Mini long line sebagai Salah satu  alat tangkap  dan yang menjadi tujuan utama dalam proses penangkapan  ikan tersebut adalah jenis ikan Tuna. IkanTuna yang menjadi tujuan dari penangkapan dengan menggunakan alat tersebut  itu sangat bermacam ragam jenisnya. untuk mengetahui beberapa jenis ikan tuna tersebut dapat dilihat pada postingan dibawah ini.

Hasil tangkapan yang sering di dapat pada Mini Long line atau rawai tuna

Nama  Indonesia
Nama Inggris
Nama Ilmiah
Tuna Mata besar
Big eye tuna
Thunus Obesus
Madidihang
Yellowfin Tuna
Thunus albacares
Albakore
Albacore
Thunus alalunga
Abu abu
Southern blue fin
Thunus Macoyii
-
Bluefin Tuna
Thunus Thiynnus
-
Blackfin Tuna
Thunus atlanticus
Cakalang
Skipjack
Katsuworus pelamis
Tongkol
Little Tuna
Euthinus affinis
Layaran
Sailfish
Istiophorus albidus
Setuhuk putih
Wahite marlin
Tetrapturus albidus
Setuhuk loreng
Stripe marlin
Tetrapturus audax
Layarn
Spearfish
Tetrapturus angustirostris
Stuhuk hitam
Balack marlin
Makaira indica
Tenggiri
Spanish mackerel
Scomberomoru spp
Ikan pedang
Swordish
Xiphias gladius spp
Cucut hijau
Shark
carcaias sp
sumber: (Ayodya, 1981)


Klasifikasi ikan tuna adalah sebagai
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinophterigii
Order : Perciformes
Family : Scrombridae
Genus : Thunnus
Species : Thunnus Obesus, Thunnus
Albacares, Thunnus Alalunga,
Thunnus Macoyii, Katswonus
pelamis.

 Ciri-ciri Tuna matabesar, Thunnus obesus (lowe, 1839)
Menurut Beaufort (Djatikusumo, 1975), bentuk badan bigeye tuna bulat seperti cerutu, sangat besar dan bagian ekor pendek. Sirip punggung pertama mempunyai jari-jari keras sebanyak 14-15 buah, sedangkan sirip punggung kedua mempunyai 13 jari-jari lemah dan 8-9 jari-jari menggantung. Jari-jari lemah sirip dubur berjumlah 13 dan jari-jari lemah sirip dubur tambahan berjumlah 8-9 buah. Tapis insang pada busur pertama berjumlah 8-10 buah. Memiliki cuping atau lidah diantara kedua sirip perutnya. Satu lunas kuat pada batang sirip ekor diapit dua lunas kecil pada ujungnya. Pada ikan dewasa, sirip punggung kedua dan sirip dubur lebih tinggi sedikit dari sirip punggung pertama.
Seluruh badan tertutup sisik yang membesar, terutama pada bagian korselet. Bigeye tuna termasuk ikan buas, dapat mencapai panjang 200 cm dan umumnya berkisar antara 50-150 cm. Warna bagian atas hitam keabuan. Sedangkan bagian bawah perak. Sirip punggung, sirip perut dan sirip tambahan berwarna keabu-abuan dengan warna kuning pada ujungnya. Sebagian besar dagingnya berwarna merah kecoklatan dan agak lembek.  
Ikan Madidihang, Thunnus albacores (Bonnaterre, 1788)
Menurut Beaufort (Djatikusumo, 1975), bentuk badan yellowfin tuna memanjang dan bulat seperti cerutu. Sirip punggung pertama berjarijari keras sebanyak 13-14 buah, sedangkan sirip punggung kedua berjarijari lemah sebanyak 14 buah dan 9 buah jari-jari menggantung.
Mempunyai jari-jari lemah sirip dubur sebanyak 14-15 buah dan 8-9 buah jari-jari lemah sirip dubur tambahan. Tapis insang pada busur pertama berjumlah insang 9-21 buah. Memiliki dua cuping atau lidah diantara kedua sirip perutnya. Satu lunas kuat pada batang sirip ekor diapit oleh dua lunas kecil pada ujung batang sirip ekor tersebut. Pada ikan dewasa, sirip punggung kedua dan sirip dubur sangat besar, Badan bersisik kecil, korselet bersisik agak besar tetapi tidak nyata. Yellowfin tuna termasuk ikan buas. Panjangnya dapat mencapai 195 cm, umumnya berkisar antara 60-150 cm. Bagian atas berwarna atas gelap keabuan, sedangkan bagian bawah berwarna kuning perak. Ujung-ujung sirip punggung, sirip perut dan sirip tambahan berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap. Pada perut terdapat kurang lebih 20 garis putus-putus dengan warna putih melintang agak miring. Sebagian besar dagingnya berwarna merah kecoklatan dan agak padat.

Ikan Albakora, Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788)
Beaufort (Djatikusumo,1975) mengatakan bahwa bentuk jenis albakora memanjang seperti torpedo, mata agak besar dan tergolong tuna besar. Sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 13-14, sirip punggung kedua berjari-jari lemah sebanyak 14 buah ditambah 7-8 buah jari-jari sirip yang menggantung. Sirip dubur berjari-jari lemah sebanyak 14-18 buah. Tapis insang pada busur pertama berjumlah 25- 31 buah. Sirip dada tumpah memanjang seperti pedang dan dapat mencapai sirip punggung kedua. Suatu lunas kuat terdapat pada batang ekor yang diapit oleh dua lunas kecil pada ujungnya. Terdapat dua cuping diantara sirip perutnya. Badan bersisik kecil, sedangkan pada korselet terdapat sisik agak besar tetapi tidak nyata. Albacore termasuk ikan buas, panjang badan dapat mencapai 137 cm dan umumnya berkisar antara 40-100 cm. Warna pada bagian atas adalah hitam kebiruan dan berkilat, sedangkan bagian bawah berwarna putih perak. Sirip punggung pertama sedikit keabuan dengan warna kuning, bagian atas gelap, sirip punggung kedua dan dubur berwarna gelap kekuningan.
Ikan Setuhuk loreng, Makaira mitsukuri (Jordan dan Snyder,1901)
Bentuk badan memanjang, bagian depan gepeng sedikit membulat kea rah belakang. Rahang atas tumbuh memanjang. Sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 37-38 buah, sirip punggung kedua berjari-jari lemah 6 buah. Sirip dubur pertama berjarijari keras sebanyak 2 buah dan jari-jari lemah 14 buah, sirip dubur kedua berjari-jari lemah 7 buah dan jari-jari lemah tambahan 2 buah. Sirip dada kadang-kadang lebih panjang dari tinggi badan dan dapat dilipat lekat dengan sisi badannya (Saanin, 1984). Makaira Mitsukurii termasuk ikan buas, hidup di perairan lepas pantai yang berbatasan dengan laut terbuka. Panjangnya mencapai 400 cm. Warna badan bagian atas ungu gelap kebiru-biruan, bagian bawah berwarna putih perak. Pada pertengahan bagian atas badan terdapat 10-17 ban. Sirip-siripnya berwarna kehitaman.
 
Ikan pedang, Xiphias gladius (Linnaeus, 1758)
Bentuk badan memanjang hamper berbentuk silinder. Sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 38 buah, sirip punggung kedua berjari-jari lunak 4 buah. Sirip dubur berjari-jari lemah 9 buah dan jari-jari lemah sirip tambahan 4 buah. Ikan dewasa tampak bersisik, terdapat bekas sisik bila diraba. Mempunyai lunas lebar pada batang ekor, tanpa tapis insang. Rahang atas tumbuh panjang sekali, gepeng seolah-olah menyerupai pedang panjang, sedangkan rahang bawah pendek (Saanin, 1984). Ikan pedang termasuk ikan buas, hidup di perairan lepas pantai. Panjang badan dapat mencapai 400 cm. Warna badan bagian atas biru kehitaman dan bagian bawah putih kekuningan, sedangkan sirip-siripnya berwarna biru tua atau sawo matang kegelapan.


Keterangan:
Kebiasaan Makan dan Beberapa Jenis Umpan
Umpan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha perikanan tuna dan cakalang. Seperti dikatakan oleh Takayama (Muripto, 1981) bahwa suksesnya usaha penangkapan ikan dengan alat pole and line dan rawai tuna sangat tergantung pada beberapa factor, diantaranya adalah persediaan umpan dan jenisnya.
Djatikusumo (1975) menerangkan bahwa untuk keberhasilan suatu usaha penangkapan dengan Mini long line atau rawai tuna, umpan yang dipakai harus memenuhi syarat :
  1. Warna di dalam air mengkilap;
  2. Sirip tidak terlalu tebal tetapi kuat, punggung harus kuar, tahan di dalam air;
  3. Bentuk badan memanjang, panjang berkisar antara 15-20 cm dan panjang maksimum 25 cm, lebar berkisar antara 3-4 cm dan lebar maksimum 5 cm;
  4. Dalam keadaan segar;
  5. Dapat tersedia dengan mudah dan dalam jumlah banyak.

 
Sumber referensi:
Kementerian kelautan dan perikanan
Badan Pengembangan SDMKP
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap
Pusat Pengembangan Penyuluhan Perikanan
materi Penyuluhan Perikanan